JALAN MENUJU CINTA
Hanya cinta yang akan membawamu kembali menuju Tuhan
Masuk Surga dan Neraka Karena Seekor Lalat
Imam Thariq bin Syihab pernah berkata dalam majelis pengajiannya, "ada orang yang masuk surga karena seekor lalat, ada pula yang masuk neraka karena seekor lalat. "
Tak ayal, kaum muslimin yang hadir dalam pengajian itu terperanjat mendengar perkataan Imam Thariq bin Syihab. Mereka penasaran.
"bagaimana hal itu bisa terjadi?" tanya mereka serempak. Lalu Imam Thariq bin Syihab menuturkan sebuah kisah indah berikut ini :
Ada dua orang melakukan pengembaraan, suatu hari mereka memasuki daerah yang didiami oleh sebuah kaum yang menyembah berhala. Kaum itu memiliki berhala yang disembah dan dikeramatkan. Orang yang melewati daerah mereka, harus memberikan korban ssembahan untuk berhala itu, jika tidak mau memberikan korban maka mereka tidak akan dibiarkan keluar dari daerah tersebut dalam keadaan hidup.
Dua orang itupun mengalami hal yang sama. Mereka harus memberikan sesembahan pada berhala. Lelaki pertama sangat takut pada kematian. Karena dia tidak memiliki apa-apa, akhirnya dia menangkap seekor lalat dan memberikannya kepada berhala itu sebagai sesembahan atau qurban.
Sedangkan laki-laki yang kedua, tetap teguh memgang akidahnya. Dia tidak mau berqurban untuk berhala itu, meskipun dengan seekor lalat. Dia memilih untuk taat pada ajaran agamanya, berqurban hanya boleh dilakukan jika sesuai dengan syari'at, yaitu qurban idul adha yang dilakukan ikhlas karena Allah. Sedangkan memberikan sesembahan pada berhala, meskipun hanya dengan seekor lalat adalah perbuatan menyekutukan Allah. Itu adalah dosa paling besar. Akhirnya dia dibunuh. Dia mati syahid mempertahankan akidahnya dan masuk syurga.
Adapun lelaki yang satunya, akhirnya meneruskan perjalanan. Namun naas, baru berjalan beberapa puluh langkah, di tengah padang pasir dia digigit ular berbisa dan akhirnya mati. Namun, dia mati dalam keadaan musyrik. Dia masuk neraka karena menyekutukan Allah, dengan mempersembahkan seekor lalat pada berhala.
Dikutip dari : Ketika Cinta Berbuah Surga_Habiburrahman El Shirazy
MEMANDANG LANGIT TIDAK AKAN PERNAH MEMUASKAN DAHAGAMU
Kekasih.. kemarilah, lihatlah ke angkasa. Tahukah engkau dari mana hujan datang? Air dari bumi diserap oleh langit, ia dikumpulkan menjadi awan, kemudian kembali ke bumi dalam bentuk hujan, seperti aku dan kamu dikumpulkan oleh cinta menjadi kenangan. Tetapi, ini hanya terjadi secara umum. Engkau tidak dapat menggantungkan diri pada hujan, sebagai contoh engkau selalu membutuhkan air untuk minum bukan? seperti aku membutuhkanmu untuk kehangatan, tapi dapatkah engkau mengumpulkan air hujan yang jatuh dari atas? Akankah memandang ke langit itu dapat memuaskan dahagamu? Tidak, tidak selalu terjadi hujan saat engkau dahaga, seperti tidak adanya kamy saat rindu tiba. Jika engkau berdiri disini menanti hujan, engkau tidak akan pernah dapat memuaskan dahagamu. Engkau akan berakhir dengan berguling-guling, ngosel-ngosel dalam kekotoran dan perlahan engkau akan mati.
Sekarang lihatlah bumi, kekasihku. Selalu ada air di bumi. Jika engkau menggali sumber air dan menemukan mata air, maka engkau dapat meminum berapapun yang engkau inginkan, kapanpun engkau membutuhkannya. Oleh sebab itu, jangan memandang kelangit, kasihku. Engkau harus berusaha dan menggali sedalam-dalamnya bumi untuk mendapatkan air, seperti penggalianku di hatimu untuk mendapatkan cintamu.
Seperti ini, kekasih. Engkau tidak akan pernah menghilangkan dahaga jiwamu hanya dengan memandang Tuhan, sembari mengatakan, "Tuhan ada disini, Dia akan menyediakan." Tuhan memang ada dan Dia akan membantu pada waktu yang tepat, tapi engkau harus mengusahakannya. Engkau harus berusaha.
Seperti uap air dari bumi yang diserap oleh langit dan jatuh kembali menjadi hujan, Tuhan mengambil apa yang engkau punyai dan mengembalikan lagi kepadamu. Jika engkau mengumpulkan sifat-sifat neraka, itulah apa yang akan engkau dapatkan kembali (neraka). Tetapi, kasih, jika engkau mengumpulkan sifat-sifat surga, engkaupun akan menerima surga. Jika engkau mengumpulkan kebajikan dan semua sifat-sifat baik dalam dirimu dan berbuat sesuai dengan hati nuranimu, Tuhan akan membuat sifat-sifat itu menjadi lebih cantik dengan cahaya-Nya. Dia akan mengubahnya menjadi kebebasan jiwa, dan menjadikannya hujan yang turun untukmu. Tuhan akan mengambil apa yang engkau miliki dan mengubahnya menjadi sesuatu yang jauh lebih besar dan sesuatu yang lebih bernilai. Dia akan membuat itu sempurna dan mengembalikannya kepadamu, kekasih.
Ada Tuhan. Dia berada di segala tempat, tetapi engkau harus menggali sedalam-dalamnya dirimu dan menemukan-Nya di sana. Semua tindakan-Nya harus merasuk didalam dirimu. Berikutnya engkau akan mendapatkan kekayaan rahmat. Dengan demikian, kekasih, jangan mempertahankan pikiran, "Tuhan akan melakukannya. Tuhan akan menyediakan." adalah suatu kebodohan bila memandang ke angkasa dan berpikir, "Aku tidak harus melakukan apapun, segala sesuatu akan datang sendiri." tidak ada keuntungan berpikir seperti itu, kekasih.
Renungkan tentang hal ini. Pikirkan tentang perbuatan yang harus engkau kerjakan. Jangan melihat ke angkasa, lihat kedalam dirimu sendiri. Segala sesuatu yang ada dalam dirimu, kekasih, seperti air yang ada dalam bumi.
GADIS CERDAS GADIS IMPIAN
ADA SEORANG pemuda Arab yang tampan, shalih, dan sangat cerdas. Dia ingin menikah dengan seorang gadis shalihah dan cerdas seperti dirinya. Maka, mulailah dia mengembara dari satu kabilah ke kabilah lain, untuk mencari gadis impiannya.
Suatu ketika, dia berjalan menuju kabilah di Yaman. Di tengah perjalanan, dia berjumpa dengan seorang lelaki. Akhirnya, dia berjalan bersama leleki itu.
Pemuda itu menyapa, “Hai Tuan, apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?”
Spontan lelaki itu menjawab, “Hai bodoh, kau ini bagaimana? Aku menunggang kuda kau juga menunggang kuda. Bagaimana kita bisa saling membawa?”
Pemuda itu diam saja mendengar jawaban lelaki itu.
Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan. Lalu, mereka melewati sebuah kampung. Kampung itu yang dikelilingi oleh kebun yang sudah tiba masa panennya.
Pemuda itu bertanya, “Menurutmu, buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya, atau belum ya?”
Seketika, lelaki itu menjawab, “Pertanyaan itu aneh sekali! Kamu sendiri melihat dengan mata kepalamu, buah-buahan itu masih ada di pohonnya dan belum di panen, kok kamu bertanya, apakah buah-buahan itu sudah di makan oleh pemiliknya atau belum?”
Pemuda itu hanya diam dan tidak menjawab perkataan lelaki itu.
Kemudian, keduanya melanjutkan perjalanan. Baru sebentar berjalan, mereka bertemu dengan orang-orang yang sedang mengiring jenazah.
Pemuda itu berkata, “Menurutmu yang diiring dalam keranda itu masih hidup atau sudah mati, ya?”
Lelaki itu menjawab, “Aku semakin tidak paham denganmu. Aku tidak pernah menemukan pemuda yang lebih bodoh darimu. Ya, jelas! Jenazah itu akan dibawa untuk dikuburkan. Tentu dia sudah mati.”
Pemuda itu kembali diam dan tidak menjawab sepatah kata pun atas komentar lelaki itu. Akhirnya, keduanya sampai di rumah lelaki itu. Dia mengajak pemuda itu menginap di rumahnya. Dia merasa kasihan, sebab pemuda itu terlihat sudah sangat letih.
Lelaki itu memiliki seorang anak gadis yang sangat cantik. Begitu tahu ada seorang tamu menginap, anak gadisnya bertanya, “Ayah siapa dia?”. “Dia itu pemuda yang paling bodoh yang pernah aku temukan,”jawab ayahnya. Anak gadis itu malah penasaran. Dia mengejar dengan pertanyaan berikutnya, “Bodoh bagaimana?”
Ayahnya langsung menceritakan awal pertemuannya dengan pemuda itu dan segala perkataan serta pertanyaannya.
Mendengar cerita ayahnya, anak gadis itu berkata,”Ayah ini bagaimana? Dia itu tidak bodoh. Justru dia sangat cerdas dan pandai. Kata-katanya mengandung makna tersirat. Ketika dia mengatakan, ’Apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?’, sebenarnya maksudnya adalah, ’Apakah kita bisa saling berbincang-bincang sehingga bisa membawa kita pada suasana yang lebih akrab?’ Ketika dia mengatakan,’ Buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum?’ Ia memaksudkan, ’Apakah pemiliknya sudah menjualnya ketika sebelum di panen, atau belum?’ Sebab, jika telah menjualnya, pemiliknya tentu menerima uangnya dan membelanjakannya untuk makan dia dan keluarganya. Kemudian, ketika dia bertanya,’Apakah jenazah di dalam keranda itu masih hidup atau sudah mati?’ Maksudnya,’Apakah jenazah itu memiliki anak yang bisa melanjutkan perjuangannya atau tidak?’
Setelah mendengar apa yang dikatakan putrinya, lelaki itu keluar menemui pemuda itu. Dia meminta maaf atas perkataannya yang membodoh-bodohkan pemuda itu. Keduanya berbincang-bincang.
Lalu dia menjelaskan seperti yang dikatakan putrinya.
Mendengar itu, sang pemuda bertanya, “Saya yakin itu bukan lahir dari pikiranmu sendiri dan bukan perkataanmu, demi Allah, katakanlah padaku siapa yang mengatakannya?”
Yang mengatakan hal itu adalah putriku, “jawab lelaki itu.
Spontan pemuda itu berkata, “Apakah kau mau menikahkan aku dengan putrimu?”
“Ya.”
Begitulah, setelah melalui pengembaraan panjang, akhirnya pemuda itu menemukan pandamping hidup yang dia impikan.
Sumber: Ketika Cinta Berbuah Surga
Suatu ketika, dia berjalan menuju kabilah di Yaman. Di tengah perjalanan, dia berjumpa dengan seorang lelaki. Akhirnya, dia berjalan bersama leleki itu.
Pemuda itu menyapa, “Hai Tuan, apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?”
Spontan lelaki itu menjawab, “Hai bodoh, kau ini bagaimana? Aku menunggang kuda kau juga menunggang kuda. Bagaimana kita bisa saling membawa?”
Pemuda itu diam saja mendengar jawaban lelaki itu.
Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan. Lalu, mereka melewati sebuah kampung. Kampung itu yang dikelilingi oleh kebun yang sudah tiba masa panennya.
Pemuda itu bertanya, “Menurutmu, buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya, atau belum ya?”
Seketika, lelaki itu menjawab, “Pertanyaan itu aneh sekali! Kamu sendiri melihat dengan mata kepalamu, buah-buahan itu masih ada di pohonnya dan belum di panen, kok kamu bertanya, apakah buah-buahan itu sudah di makan oleh pemiliknya atau belum?”
Pemuda itu hanya diam dan tidak menjawab perkataan lelaki itu.
Kemudian, keduanya melanjutkan perjalanan. Baru sebentar berjalan, mereka bertemu dengan orang-orang yang sedang mengiring jenazah.
Pemuda itu berkata, “Menurutmu yang diiring dalam keranda itu masih hidup atau sudah mati, ya?”
Lelaki itu menjawab, “Aku semakin tidak paham denganmu. Aku tidak pernah menemukan pemuda yang lebih bodoh darimu. Ya, jelas! Jenazah itu akan dibawa untuk dikuburkan. Tentu dia sudah mati.”
Pemuda itu kembali diam dan tidak menjawab sepatah kata pun atas komentar lelaki itu. Akhirnya, keduanya sampai di rumah lelaki itu. Dia mengajak pemuda itu menginap di rumahnya. Dia merasa kasihan, sebab pemuda itu terlihat sudah sangat letih.
Lelaki itu memiliki seorang anak gadis yang sangat cantik. Begitu tahu ada seorang tamu menginap, anak gadisnya bertanya, “Ayah siapa dia?”. “Dia itu pemuda yang paling bodoh yang pernah aku temukan,”jawab ayahnya. Anak gadis itu malah penasaran. Dia mengejar dengan pertanyaan berikutnya, “Bodoh bagaimana?”
Ayahnya langsung menceritakan awal pertemuannya dengan pemuda itu dan segala perkataan serta pertanyaannya.
Mendengar cerita ayahnya, anak gadis itu berkata,”Ayah ini bagaimana? Dia itu tidak bodoh. Justru dia sangat cerdas dan pandai. Kata-katanya mengandung makna tersirat. Ketika dia mengatakan, ’Apakah kau bisa membawaku dan aku membawamu?’, sebenarnya maksudnya adalah, ’Apakah kita bisa saling berbincang-bincang sehingga bisa membawa kita pada suasana yang lebih akrab?’ Ketika dia mengatakan,’ Buah-buahan itu sudah dimakan oleh pemiliknya atau belum?’ Ia memaksudkan, ’Apakah pemiliknya sudah menjualnya ketika sebelum di panen, atau belum?’ Sebab, jika telah menjualnya, pemiliknya tentu menerima uangnya dan membelanjakannya untuk makan dia dan keluarganya. Kemudian, ketika dia bertanya,’Apakah jenazah di dalam keranda itu masih hidup atau sudah mati?’ Maksudnya,’Apakah jenazah itu memiliki anak yang bisa melanjutkan perjuangannya atau tidak?’
Setelah mendengar apa yang dikatakan putrinya, lelaki itu keluar menemui pemuda itu. Dia meminta maaf atas perkataannya yang membodoh-bodohkan pemuda itu. Keduanya berbincang-bincang.
Lalu dia menjelaskan seperti yang dikatakan putrinya.
Mendengar itu, sang pemuda bertanya, “Saya yakin itu bukan lahir dari pikiranmu sendiri dan bukan perkataanmu, demi Allah, katakanlah padaku siapa yang mengatakannya?”
Yang mengatakan hal itu adalah putriku, “jawab lelaki itu.
Spontan pemuda itu berkata, “Apakah kau mau menikahkan aku dengan putrimu?”
“Ya.”
Begitulah, setelah melalui pengembaraan panjang, akhirnya pemuda itu menemukan pandamping hidup yang dia impikan.
Sumber: Ketika Cinta Berbuah Surga
Langganan:
Postingan (Atom)